Ini adalah pengalaman hidup saya pribadi ketika membeli followers Instagram beberapa tahun yang lalu dan efeknya sampai sekarang…
Pengalaman Beli Followers IG ini adalah pengalaman saya pribadi. Beli followers ini worth it kah?
Lalu adakah tips untuk menjaganya agar tidak drop? Dalam situasi seperti apa dan untuk kepentingan apa paling cocok beli pengikut ini?
Mari kita buka satu persatu.
Cerita Beli Followers Instagram
Sebelum memulai lebih jauh, perkenalkan saya adalah seorang yang baru mengenal internet dan sosial media kemarin sore.
Kira-kira tahun 2010 awal. Yah, masih baru 12 tahun lah….
Dimulai dari facebook, lalu menggunakan twitter, path (yang sudah tutup), kemudian pindah ke instagram, dan berlanjut ke tiktok.
Sampai detik ini facebook saya tetap aktif, meskipun lebih ke grupnya. Kalau twitter kadang-kadang saja untuk melihat trending topik.
Instagram dan tiktok aktif saya gunakan saat ini.
Dari awal, sekitar tahun 2012-an, saya suka mengotak-atik angka-angka di facebook. Tentu kita semua tahu likes kan?
Ya, hobi saya mencari ratusan – puluhan ribu likes…
Di twitter juga begitu. Saya hobi mengoleksi banyak followers. Dulu sempat punya 20-ribuan followers, dan sekarang sisa 13 rb-an karena pihak twitter sudah update besar-besaran berkali-kali.
Di instagram bagaimana? Hobi yang sama juga terbawa. Dulu 2018 sempat punya lebih dari 10 ribu followers, kemudian akunnya saya tutup sementara. Eh, malah ga bisa balik lagi wkwkwkwk…
Akhirnya saya buat lagi akun, dan naikin followersnya lebih dari 10k agar semua fitur instagram di-unlock.
Tiktok bagaimana? Sudah pasti saya banyakin followersnya. Saat ini masih 3 ribu saja.
Saya masih suka mengotak-atik, coba sana, coba sini.
Oke, sekarang kita fokus ke Instagramnya saja ya, karena judul artikel ini memang pengalaman beli followers instagram, bukan twitter apalagi tiktok.
Seperti cerita saya diatas, akun pribadi saya saat ini adalah akun kedua yang pernah punya followers diatas 10k.
Saya membuat akun ini pada tanggal 26 Mei 2019 pukul 15.11.
Loh kok ingat? Ada caranya guys. Silahkan cek artikel kita : Kapan Instagram Kamu Dibuat?
Saya tidak ingat kapan suntik followers, tapi yang pasti pada tanggal 5 Juni 2019, akun saya sudah bisa membuat link di story. Ini adalah fitur yang hanya bisa digunakan jika kita sudah punya followers minimal 10k.
Sekarang bulan Februari 2022.
Artinya sudah 2 tahun lebih berlalu.
Followersku?
8500 an…
Artinya?
Hanya turun 1400-an dalam 2 tahun….
Awet kah?
Itupun karena saya , dan jarang untuk confirm pengikut. Hanya yang benar-benar saya kenal di dunia nyata yang di confirm. (atau ada kepentingan lainnya).
Di IG, saya juga membagi-bagi akun sesuai kepentingannya masing-masing.
- Ada yang akun pribadi
- Akun buat jualan,
- Akun buat cari ilmu,
- Akun buat cari hiburan,
- dan akun buat melakukan eksperimen/percobaan.
Apakah beli followers IG itu worth it?
Jawaban tepatnya : tergantung.
Bagi saya pribadi, ini worth it.
Kenapa?
Karena untuk saya pribadi, beli followers hanya untuk hiasan di profile.
Selain itu saya ingin unlock semua fitur, salah satunya share link (tautan) di snapgramnya.
Lalu worth it untuk siapa lagi?
Menurut saya, ini worth it buat orang yang :
- Ingin mempercantik tampilan angka followers di profile. Lebih cantik mana, 78 followers atau 9888?
- Ingin unlock semua fitur, termasuk bisa membagikan link/tautan di stories. User biasa (dibawah 10k) hanya bisa berbagi link di bio instagram.(kalau sekarang memang semua user bisa pakai stiker tautan tapi statistik jumlah klik tetap harus 10rb folls)
- Akun olshop. Ini berguna untuk meningkatkan kepercayaan. Analoginya sederhana, kalau anda mau belanja baju bayi, anda lebih tertarik belanja di akun yang followersnya 121 atau 4125 meskipun barangnya serupa?
Tips Menjaga Agar Tidak Drop?
Di zaman sekarang banyak sekali seller yang jualan menggunakan kata “permanen“.
Okelah kita paham kalau ini bahasa di dunia marketing.
Tapi saya sedikit kurang nyaman dengan kalimat tersebut.
Memangnya kenapa?
Saya rasa kata tersebut tidak spesifik.
Di Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “permanen” memiliki arti :
/per·ma·nen/ /permanén/ a tetap (tidak untuk sementara waktu); berlangsung lama (tanpa perubahan yang berarti)
Kita ambil arti kedua = berlangsung lama.
Pertanyaanya, berapa lama?
Sudah pasti bukan selama-lamanya sampai dunia kiamat.
Apakah makna “berlangsung lama” ini sampai 1 tahun? 2 tahun? sampai Instagram tutup seperti friendster dulu yang dimakan medsos lain?
Tidak jelas kan?
“Lama” ini relatif.
1 bulan juga lama. 3 bulan juga lama.
Nah, edukasi ini yang perlu disampaikan kepada calon customer.
Ketika mereka berpikir “followers permanen berarti tidak drop” tentu keliru.
(Drop artinya followersnya turun. Jika dia order 1000 followers, ketika turun sampai 700, itu sudah drop 300.)
Drop adalah kepastian layaknya kematian pada makhluk hidup.
Kita daftar akun instagram, bikin akun secara normal-normal saja, masih bisa kena banned/diblokir instagram tuh…
Apalagi akun yang dibuat secara massal atau jumlah banyak. Lebih tinggi resikonya….
Oke, clear tentang drop/permanen/ataupun sejenisnya.
Lalu bagaimana tips agar tidak gampang drop?
Saya sarankan beli followers tipe pasif. Mau indo atau bule terserah.
Intinya akun pasif high quality.
Kalau followers aktif bagaimana?
Kalau mereka tidak suka postingan anda, stories anda, mereka bisa unfollow Anda secara manual.
Jika jarang posting atau Anda cukup yakin mayoritas orang akan suka postingan Anda, ya silahkan saja ambil yang follower aktif.
Sudah itu saja. Sangat simpel kan?
Itulah alasan kenapa followers yang saya beli hanya drop kurang dari 20% meskipun lebih 2 tahun.
Tempat Membeli yang recomended?
Tentu sebagai calon pembeli, kita mau harga serendah mungkin dan kualitas setinggi mungkin. Benar?
Kalau begitu, dimana tempat yang recomended?
Salah satu tempat yang saya rekomendasikan adalah di akun instagram @permak_akun2.
Harganya murah, dan deskripsi produknya juga jelas.
Konklusi
Baiklah, saya kira sudah cukup banyak pengalaman yang saya bagikan ketika membeli followers di Instagram.
Semoga bermanfaat dan menambah insigt baru tentang dunia followers.
Terimakasih sudah membaca.
Akhir kata,
Salam Pubiway 🙂